Brain fog adalah istilah yang digunakan untuk seseorang yang sering lupa apa yang mau dilakukan atau dibicarakan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh stres, kurang tidur, hingga penyakit seperti Covid-19 dan gangguan autoimun.
Pernahkah kamu tiba-tiba sering lupa apa yang mau dilakukan atau ingin diucapkan saat sedang membicarakan sesuatu dengan orang lain? Kondisi lupa sesaat yang disebut brain fog ini tak hanya terjadi ketika kamu ingin berbicara, tetapi juga ketika kamu mendadak tidak ingat harus melakukan sesuatu.
Sebenarnya kondisi mendadak lupa ini adalah sesuatu yang wajar bagi sebagian besar orang. Namun terkadang, brain fog terlalu sering terjadi dan mengganggu kehidupan. Yuk, cari tahu apa penyebab brain fog dan bagaimana mengatasinya di artikel ini.
Apa itu brain fog?
Sering lupa apa yang mau dilakukan atau dibicarakan disebut brain fog. Brain fog bukanlah sebuah kondisi medis. Brain fog adalah sebuah gejala yang dapat memengaruhi kemampuan kamu dalam berpikir. kamu mungkin akan merasa kebingungan, sulit fokus, dan kacau ketika tidak dapat menyebutkan hal yang ingin kamu ucapkan.
Seperti kabut, kondisi ini hanya muncul sesaat lalu kemudian hilang. Beberapa orang menggambarkannya sebagai akibat kelelahan mental.
Brain fog mengganggu fungsi kognitif seperti:
- Masalah memori
- Ketidakjernihan pikiran
- Konsentrasi yang buruk
- Ketidakmampuan untuk fokus
Penyebab brain fog
Ada berbagai macam kemungkinan mengapa seseorang mengalami brain fog, mulai dari kurang tidur hingga kondisi medis tertentu. Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab kabut otak:
1. Stres
Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan memicu kelelahan mental. Saat otak kamu lelah, maka kamu menjadi lebih sulit untuk berpikir, menggunakan nalar, dan berkonsentrasi.
Selain itu, apabila kamu menderita sindrom kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome), maka kamu sangat mungkin mengalami brain fog. Penderita sindrom ini selalu merasa tubuh dan pikirannya selalu lelah sepanjang waktu. Akibatnya, ia sering kebingungan dan pelupa.
Tidak ada obat yang diketahui dapat menyembuhkan sindrom kelelahan kronis, tetapi kamu dapat berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan penanganan tepat. kamu juga bisa melakukan olahraga ringan untuk membantu proses penyembuhan.
2. Kurang tidur
Kualitas tidur yang buruk juga dapat mengganggu kinerja otak. Waktu tidur yang kurang maupun yang berlebihan sama-sama memberi efek yang kurang baik bagi otak, seperti brain fog. Cobalah untuk tidur 8-9 jam setiap malam. Hindari konsumsi kafein di sore hari dan pastikan kamu tidak lagi bermain gadget menjelang jam tidur.
3. Perubahan hormon
Perubahan hormon juga dapat memicu brain fog. Saat hamil, kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh wanita meningkat. Perubahan ini dapat memengaruhi memori dan menyebabkan gangguan kognitif jangka pendek.
Hal ini juga terjadi pada wanita yang sudah menopause. Berkurangnya kadar estrogen saat menopause membuat para wanita mengalami brain fog. Biasanya hal ini terjadi satu tahun setelah siklus menstruasi terakhir atau sekitar usia 50 tahun.
4. Menjalani diet
Nutrisi yang dikonsumsi juga berkaitan dengan kabut otak. Kekurangan vitamin B12 disebut dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan brain fog.
Bila kamu memiliki alergi terhadap makanan tertentu, kabut otak dapat terjadi setelah kamu mengonsumsi alergen, seperti MSG, aspartam, kacang, maupun produk susu (dairy product). Menghindari makanan pemicu dapat membantu mengurangi terjadinya kabut otak.
5. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Jika kamu mengalami brain fog setelah mengonsumsi obat, coba sampaikan keluhan kamu ini pada dokter. Bisa saja brain fog merupakan efek samping dari obat tersebut. Dokter akan mengurangi dosis atau menggantinya dengan obat lain untuk membantu mencegah terjadi brain fog.
Pengobatan kanker seperti kemoterapi yang menggunakan jenis obat yang kuat juga dapat menyebabkan kabut otak yang sering disebut chemo brain. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan kesulitan mengingat hal-hal detail seperti nama atau tanggal, tidak bisa multitasking, atau membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Kondisi ini biasanya akan berlalu dengan cepat, tetapi sebagian orang dapat terpengaruh untuk waktu yang lama setelah perawatan.
Baca Juga: Berbagai Penyebab Hilang Ingatan yang Perlu Diwaspadai
6. Multiple Sclerosis (MS)
Brain fog adalah salah satu gejala yang dapat dimiliki orang dengan Multiple sclerosis (MS). Ini adalah gangguan sistem imun tubuh yang menyebabkan kerusakan pada selubung pelindung saraf (myelin), saraf optik dan tulang belakang yang kemudian dapat memengaruhi cara otak berkomunikasi.
Separuh penderita MS dapat memiliki masalah dengan ingatan, perhatian, perencanaan, atau bahasa.
7. Depresi
Masalah ingatan dan perhatian juga dapat disebabkan oleh depresi. Sulit ditentukan apakah hal ini karena hilangnya energi dan penurunan motivasi yang dialami pengidap depresi, atau depresi memengaruhi otak sehingga menyebabkan brain fog.
8. Sindrom kelelahan kronis
Seseorang dengan sindrom kelelahan kronis memiliki tubuh dan pikiran yang berada dalam kondisi lelah dalam waktu yang lama. Ini dapat menyebabkan brain fog berupa perasaan bingung, pelupa dan tidak bisa fokus.
9. Kanker dan pengobatan kanker
Pengobatan kanker dengan kemoterapi dapat menyebabkan “kemo otak”. Ini adalah kondisi penurunan kekuatan mental termasuk kekuatan mengingat detail dan mengalami brain fog.
Biasanya kondisi ini hanya berlangsung singkat, tetapi beberapa orang dapat terpengaruh dalam waktu lama setelah pengobatan. Sementara itu, beberapa jenis kanker yang menyerang otak juga bisa menyebabkan brain fog.
10. Lupus
Lupus adalah penyakit kronis yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh sendiri (autoimun). Gejala lupus dapat bervariasi, namun brain fog bisa jadi salah satunya. Saat mengalami gejala ini, kamu mungkin akan merasa kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi.
11. Covid-19
Brain fog juga kerap dialami oleh pengidap long Covid. Sekitar 43% orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami long Covid, dan gangguan memori, salah satu gejala brain fog, merupakan salah satu gejala yang paling sering dilaporkan.
Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab brain fog pada pengidap Covid-19. Namun diperkirakan peradangan atau reaksi sistem imun dapat memengaruhi otak orang yang pernah terinfeksi penyakit ini.
Bagaimana mengatasi brain fog?
Mengatasi brain fog atau kelelahan mental bergantung pada penyebabnya. Misalnya, jika kamu adalah penderita anemia yang sering mengalami brain fog, maka mengonsumsi suplemen zat besi dapat membantu mengatasi hal tersebut.
Pada kasus yang lebih ringan, mengatasi brain fog dapat dilakukan dengan memastikan kebutuhan nutrisi telah terpenuhi, mengganti jenis obat yang diminum, atau meningkatkan kualitas tidur.
Berikut ini hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi brain fog:
- Tidur 8-9 jam setiap malam.
- Mengendalikan stres dengan memahami batasan diri.
- Mengurangi asupan kafein dan alkohol.
- Olahraga teratur.
- Melatih kekuatan otak dengan senam otak, menjawab teka-teki, bermain puzzle, atau permainan lain yang baik untuk fungsi kognitif.
- Melakukan hobi.
- Konsumsi makanan dengan gizi seimbang
- Mencoba hal-hal baru.
- Fokuskan perhatian.
- Tetap aktif secara sosial.
- Melakukan meditasi.
- Menghindari mengerjakan banyak hal sekaligus.
- Menerapkan berbagai metode untuk mengingat dan meningkatkan memori.
- Beri istirahat mental sejenak dengan tidak memikirkan apa pun dan hanya fokus pada saat ini.
- Terlibat dalam pemikiran mendalam mengenai sesuatu hal setiap hari.
- Menjalani perawatan medis apabila brain fog yang kamu alami berkaitan dengan kondisi medis tertentu.
Kapan perlu ke dokter?
Brain fog yang terjadi sesekali masih terhitung wajar. Namun apabila kondisi ini sering terjadi atau semakin memburuk, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Kabut otak dapat menjadi sinyal masalah kesehatan lainnya sehingga dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui kondisi kesehatan mental kamu, diet yang sedang dijalani, aktivitas fisik, serta obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Sampaikan pada dokter jika ada gejala lain yang menyertai, seperti rambut rontok, kulit kering, kenaikan berat badan, kuku rapuh, dan sebagainya. Dokter biasanya akan meminta kamu untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi:
- Kadar gula darah yang abnormal
- Fungsi hati, ginjal, dan tiroid yang buruk
- Kekurangan nutrisi
- Infeksi
- Penyakit yang menyebabkan peradangan
Dari hasil tes darah, dokter akan menentukan langkah selanjutnya untuk mendiagnosis brain fog, seperti sinar X, MRI, atau CT scan. Bila perlu, dokter juga akan melakukan tes alergi maupun mengecek kualitas tidur kamu.
Catatan dari SehatQ
Brain fog merupakan sesuatu yang wajar. Namun bila terjadi terus-menerus, tentu dapat membuat penderitanya frustrasi. Jangan mengabaikan gejala-gejala yang muncul. Bila tidak diatasi, brain fog dapat mengganggu kualitas hidup kamu. Mengetahu penyebab brain fog akan membantu kamu menemukan perawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi ini.
dikutip dari :https://www.sehatq.com/artikel/brain-fog